Senin, 03 Agustus 2009

Mengingatmu, Mencipta Ruang Bernama Rindu

menulis tentang infus,
membayang wajahmu yang segar di paviliun kamar nomer 1 RSUD dua tahun yang lalu.
saat kita hanya berdua;
berbicara tentang hidup
dan bertanya padaku alasanku memutuskan keluar dari imarat yang baru setahun kuikuti.

###

"Ihhh...kukunya panjang-panjang, coba liat yang sebelah. Kakinya juga." Aku berkomentar.
"Sini..potongin, Katamu manja seperti biasa.
Akupun mengambil potongan kuku dan memotong kukunya yang mulai memanjang sambil memeriksa-meriksa kakinya. Aku masih ingat, dia menikmati sekali, duduk di kursi ruang tamu menghadap ke jalan raya meletakkan kakinya di atas meja supaya aku mudah memotong kukunya. Aku duduk di lantai dan mulai memotong kukunya plus pertanyaan dan pesan seperti biasa. Jangan lupa pake sandal, banyk makan buah….Yang tidak biasa, kali ini aku memotong kuku tangan dan kakinya. Biasanya aku hanya memotong kuku tangan saja.

###

Aku berlarian antara ibu dan dirimu. Memberi kesempatan ibu memoleskan bedak dan kau menyuapkan nasi. Terayun-ayun kuncir dua rambutku.
Saat malam, kau ajari aku mengeja namaku sendiri dan menuliskannya di buku, yang menurutku saat itu sangat panjang dan susah. Berkali-kali tapi kau tak bosan.
Mengajakku menengok kebun adalah hobimu. Aku senang-senang saja.
Saat yang kutunggu-tunggu adalah sampai di kebun, karena itu artinya bekal dibuka dan kita akan makan dengan daun pisang sebagai piring dan sendok. Lupa bawa air? Tak masalah bagimu. Kau mengajariku cara meminum air dari selang. Dan, aku yakin, itu salah satu yang membuatku sampai sekarang tak pernah sakit jika kehujanan. Tahap selanjutnya, kau akan memotong beberapa lembar daun pisang dan membiarkanku tidur di sana sampai tiba waktu pulang.

###
Saat aku akan pulang, kau yang paling sibuk. Bertanya berangkat jam berapa, kira-kira sampai jam berapa. Semalaman kau akan susah tidur dan berkali-kali minta ibu menelepon menanyakan aku sampai di mana.
Pagi-pagi kau sudah membereskan semua pekerjaan segera bersiap-siap menjemputku.
Bahkan, jika tidak libur, berangkat kerja lebih siang demi bisa menjemputku selalu kau lakukan.
Di perempatan itu, kau selalu setia menunggu.
Melihat setiap bus yang berhenti.
Satu jam berlalu, itu tak berarti apa-apa bagimu.
Semua terhapus saat melihatku turun dari bus dan berlari-lari kecil menghampirimu.

###

13 April 2009
Bersarung melepaskan keberangkatanku. Kata-katamu yang kuingat, "Lha ini anaknya belum ingin berangkat sebenarnya. Makanya mbulet aja dari tadi.
Kau memang paling mengerti aku.
Dan ternyata, itu adalah pertemuan terakhir kami.
Sebulan kemudian, Allah menjemputnya kembali pada-Nya.

###

Allah menjemputnya saat Allah tahu, gadis-gadis kecilnya sudah bisa diandalkan.
Allah menjemputnya untuk kembali saat Allah tahu pelajaran hidup telah tuntas diberikannya kepada gadis kecilnya.
Allah menjemputnya, bukan karena tidak tahu seberapa besar cinta ibu dan gadis kecil padanya. Tapi karena Allah lebih sayang pada mereka semua.

menuliskan tentangmu takkan pernah habis. karena kau selalu ada selama hidupku hingga hari ini. Bahkan, sampai nanti.
Aku hidup karena doamu yang tak pernah putus yang takkan terganti dengan doaku untukmu.

Allah,...
Kangen bapak…
19.40 WIB
02 Agustus 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar