Rabu, 27 Mei 2009

sekadar bertahan hidup, atau...

Menikmati hari-hari...
berhenti pada sebuah titik, bagaimana bisa bertahan hidup,
atau masih ada dalam hati dan jiwa sebuah tanya tentang kebermaknaan?
Kebermaknaan untuk sesama yang hakikatnya adalah kebermaknaan untuk diri sendiri. Termasuk tetap menyimpan mimpi di depan mata.

Sungguh membosankan, menurut saya, ketika hidup dan hari-hari hanya habis untuk urusan materi. Tanpa terasa mengabaikan kebutuhan hati dan kebermaknaan diri.Roda hari terus berputar. Matahari hari kemarin pun telah berganti dengan matahari sekarang.Sementara itu, kita masih sama.

Pagi hari, mendahului waktu Dhuha, interaksi dengan setumpuk pekerjaan sudah mulai dilakukan. Kembali pulang menjelang Maghrib atau bahkan malam. Tak masalah, bukan di sana permasalahannya. Tapi pada apa yang dilakukan dan dapat dilakukan selain itu.

Mari kawan,kita cari kebermaknaan...
sehingga hidup tak berhenti hanya bertahan hidup, tapi meruah berkah dan hikmah... .
Mari tengokkan kepala ke kiri dan ke kanan untuk bisa bergerak mencipta kebermaknaan itu...

:.kangen bergerak, kangen bermakna, kangen merasa 'ada'

Tidak ada komentar:

Posting Komentar